KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas segala rahmat, petunjuk,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Makalah ini dapat digunakan
sebagai wahan untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai
referensi tambahan dalam belajar Tata Surya. Makalah ini dibuat sedemikian rupa
agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahami Tata Surya secara
lebih lanjut. Makalah ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga pembaca
tidak bosan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada semua yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan
menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Sistem
Tata Surya.
Lubuklinggau, 03 Oktober 2012
Penyusun
Kelompok III
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR …….……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….…………
2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………….…………..
2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 3
2.1 Asal-usul Tata Surya ………………………………………………...……………
3
2.2 Sejarah Penemuan Tata Surya ……………………………………………..……..
7
2.3 Struktur Tata Surya ……………………………………………………..………..
8
2.3.1 Terminologi …………………………………………………………..………..
9
2.3.2 Zona Tata Surya ………………………………………………….……………. 10
2.3.3 Matahari …………………………………………………………………...……. 11
2.3.4 Tata Surya Bagian Dalam …………………………………………...………….. 13
2.3.4.1 Planet-planet Bagian Dalam …………………………………………..……… 13
2.3.4.1.1 Merkurius ………………………………………………………………...…. 13
2.3.4.1.2 Venus ………………………………………………………………….…… 14
2.3.4.1.3 Bumi ………………………………………………………………..……… 14
2.3.4.1.4 Mars ……………………………………………………………..…………. 14
2.3.4.2 Sabuk Asteroid …………………………………………...…………………… 15
2.3.5.1 Tata Surya Bagian Luar ……………………………………..…………..…….
15
2.3.5.1 Planet-planet Bagian Luar …………………………………………...………..
15
2.3.5.1.1 Yupiter ………………………………………………………………..……. 15
2.3.5.1.2 Saturnus ………………………………………………………………..…… 16
2.3.5.1.3 Uranus ………………………………………………………………...…….. 16
2.3.5.1.4 Neptunus ……………………………………………………………..…….. 16
2.3.5.2 Komet …………………………………………………..……….……………. 17
2.3.6 Daerah trans-Neptunus ………………………………………..….…………….
17
2.3.6.1 Sabuk Kuiper ………………………………………….……….……....……..
17
2.3.6.2 Piringan Tersebar …………………………………….……………….……..
18
2.3.7 Daerah Terjauh ……………………………………….….…………………….. 18
2.4 Konteks Galaksi …………………………………………..……………………..
19
BAB III MEDIUM ANTAR PLANET.. ………………………………………….. 20
BAB IV PENUTUP ……………………………………….….……………………… 22
3.1 Kesimpulan ………………………………………….…………………………. 22
3.2 Saran ……………………………………………….……….…………………… 22
REFERENSI……….. ……………………………………….……………………… 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tata Surya adalah kumpulan benda
langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek
yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah
planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil,
173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor,
asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi
Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet luar, dan di
bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan Piringan Terbesar. Enam dari delapan
planet dan tiga dari lima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami yang
biasa disebut dengan bulan. Contoh: Bulan atau satelit alami Bumi.
Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri
dari debu dan partikel lain.
Itulah sedikit gambaran tentang
Tata Surya. Tetapi, Bagaimana Tata Surya bisa berbentuk seperti sekarang?
Bagaimana awal mula terbentuknya Tata Surya? Apa yang menarik tentang Tata
Surya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul di sekitar kita dan saya akan
mencoba menjawab lewat makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penulis membuat makalah yang berjudul “Tata Surya dan Semua Benda Langit yang
Terikat dengan Gravitasi” dengan harapan dapat membantu para pembaca.. Dengan
adanya makalah ini bukan berarti benda langit hanya itu saja tetapi masih ada
banyak lagi yang tidak dapat ditangkap oleh indera manusia sehingga kita harus
banyak belajar agar dapat menemukan benda langit yang baru.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan, maka secara garis besar ada empat
rumusan masalah sebagai berikut.
- Bagaimana Asal-usul Tata Surya?
- Bagaimana Sejarah Penemuan Tata Surya?
- Bagaimana Struktur Tata Surya?
- Bagaimana Konteks Galaksi Tata Surya?
- Bagaimana Medium Antar Planet?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
- Mengetahui Asal-usul Tata surya.
- Mengetahui Sejarah Tata Surya.
- Mengetahui Struktur Tata Surya.
- Mengetahui Konteks Galaksi Tata Surya.
- Mengetahui Medium Antar Planet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul Tata Surya
a.Teori nebula (Kant dan Laplace)
Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman bernama Imanuel Kant. Menurutnya, tata surya berasal dari nebula yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat itu menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang mempunyai berat jenis tinggi yang disebut inti massa di beberapa tempat yang berbeda. Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang lebih kecil berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari.
Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena perputaran yang sangat cepat, sehingga terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan akhirnya mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.
Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman bernama Imanuel Kant. Menurutnya, tata surya berasal dari nebula yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat itu menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang mempunyai berat jenis tinggi yang disebut inti massa di beberapa tempat yang berbeda. Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang lebih kecil berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari.
Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena perputaran yang sangat cepat, sehingga terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan akhirnya mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.
Gambar 3.2 Pembentukan tata surya
menurut teori nebula
(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja,
halaman 98)
3
b. Teori planetesimal (Moulton dan
Chamberlain)
Moulton dan Chamberlain, berpendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi inti yang berwujud gas bersuhu tinggi. Gabungan bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk matahari.
Moulton dan Chamberlain, berpendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi inti yang berwujud gas bersuhu tinggi. Gabungan bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk matahari.
Gambar
3.3 Pembentukan tata surya menurut teori planetesimal
(Sumber:
Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 99)
c. Teori pasang surut (Jeans dan
Jeffreys)
Astronom Jeans dan Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari, sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.
Astronom Jeans dan Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari, sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.
Gambar 3.4 Pembentukan tata
surya menurut teori pasang surut
(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja,
halaman 100)
4
d. Teori bintang kembar (Lyttleton)
Teori bintang kembar dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi, pada suatu masa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.
Teori bintang kembar dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi, pada suatu masa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.
Gambar
3.5 Pembentukan tata surya menurut teori bintang kembar
(Sumber:
Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 98)
e. Teori awan debu (Weizsaecker dan Kuiper)
Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium). Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.
Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain, F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya, tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar mengelilingi matahari.
Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium). Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet.
Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain, F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya, tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar mengelilingi matahari.
Banyak
ahli telah mengemukakan hipotesis tentang asal-usul Tata Surya, diantaranya.
- Hipotesis Nebula
5
Hipotesis
Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis ini lebih dikenal dengan
Hipotesis Nebula Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal Tata Surya
masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut, berputar
semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari.
Akibat gaya gravitasi tersebut gas-gas memadat seiring
dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
- Hipotesis Planetisimal
Hipotesis
Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan
bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup
dekat dengan matahari. Pada masa awal pembentukan matahari, kedekatan tersebut
menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari dan bersama proses
internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi
bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali dan sebagian lain akan tetap
di orbit, mendingin, memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang
disebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu
sehingga membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi
komet dan asteroid.
- Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis
Pasang Surut Bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena
mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan
menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain
oleh gaya pasang surut yang kemudian terkondensasi menjadi
planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu
hampir tidak mungkin terjadi.
6
- Hipotesis Kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. uiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan
bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk
cakram raksasa.
- Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis
Bintang Kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis Bintang Kembar
menjelaskan bahwa Tata Surya berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan
saling berdekatan. Kemudian salah satunya meledak dan meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
2.2 Sejarah Penemuan
Tata Surya
Lima planet terdekat
ke Matahari selain Bumi
(Merkurius,
Venus,
Mars, Yupiter,
dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata
telanjang. Banyak bangsa di dunia memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami
benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564-1642) dengan teleskop
refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam” dalam mengamati benda
langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo
bisa mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus
seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus
terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris
yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Susunan heliosentris adalah
Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus
disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian
Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus,
yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak
benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes
Kepler
7
(1571-1630) dengan Hukum Kepler.
dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah
yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya William
Herschel (1738-1822) menemukan Uranus pada
1781. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus
ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan
pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek
angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978 ditemukan satelit yang
mengelilingi Pluto yaitu Charon yang sebelumnya sempat dikira sebagai planet
karena ukurannya tidak jauh berbeda dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan
sekitar 1.000 objek kecil yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga
mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang
dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari
objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk
Kuiper di antaranya Quaoar
(1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret
2004), Orcus,
Vesta,
Pallas,
Hygiea,
Varuna,
dan 2003 EL61 (1.500 km pada
Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini
diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih
kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313
(2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar
dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
2.3 Struktur Tata Surya
Komponen utama sistem Tata Surya
adalah matahari,
sebuah bintang
deret utama
kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh
dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus merupakan dua komponen terbesar yang mengedari
matahari menyangkup kira-kira 90 persen massa selebihnya. Hampir semua
objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika.
Semua planet
terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk
Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari
dengan berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari
kecuali Komet Halley.
8
Hukum Gerakan
Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya
sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai
salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari
memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek
dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan
matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut aphelion.
Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di
titik aphelion. Orbit planet hampir berbentuk lingkaran sedangkan komet,
asteroid, dan objek sabuk Kuiper orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi,
kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak yang sama antar orbit. Semakin
jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara
objek itu dengan jalur edar orbit sebelumnya. Sebagai contoh: Venus terletak sekitar
sekitar 0,33 SA dari Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter,
dan Neptunus
terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi
jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi
sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di
Tata Surya memiliki sistem sekunder yang kebanyakan adalah benda pengorbit
alami (satelit atau bulan). Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di
orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya
secara permanen. Empat planet terbesar juga memiliki cincin yang berisi
partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
2.3.1 Terminologi
Secara informal, Tata Surya
dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet
kebumian dan sabuk asteroid utama. Tata Surya bagian luar
terdapat empat gas planet raksasa. Sejak ditemukan Sabuk Kuiper,
bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah tersendiri yang meliputi semua objek
melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek
yang mengorbit matahari
dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: planet, planet kerdil,
dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah
sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk
membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-
9
objek kecil di sekitarnya.
Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet:Merkurius,
Venus,
Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus,
dan Neptunus.
Pluto
telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari
objek-objek Sabuk Kuiper. Planet kerdil adalah benda angkasa bukan
satelit yang mengelilingi matahari dan mempunyai massa yang cukup untuk bisa
membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.
Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil, yaitu: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake,
dan Eris.
Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet
kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus disebut plutoid.
Sisa objek-objek lain yang
mengitari matahari adalah benda kecil Tata Surya. Ilmuwan ahli planet
menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang
terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menyebut bahan bertitik
lebur tinggi (lebih besar dari 500 K). Contoh: silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam yang merupakan
komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah
bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom, hidrogen, helium, dan gas
mulia. Bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya yang didominasi
oleh Yupiter dan Saturnus. Es seperti air, metana, amonia, dan karbon dioksida
memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan
komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan
komponen utama Uranus
dan Neptunus
(es raksasa) serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.
2.3.2 Zona Tata Surya
Zona Tata Surya yang meliputi,
planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper.
Di zona planet bagian dalam, Matahari
adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius
(jarak dari matahari 57,9 × 106 km, Venus
(108,2 × 106 km, Bumi (149,6 × 106
km,) dan Mars
(227,9 × 106 km). Ukuran diameternya antara 4.878 km
dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan
5,52 g/cm3.
10
Sabuk
asteroid adalah kumpulan batuan metal dan mineral yang terletak di
antara Mars dan Yupiter.. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter
sekitar100 km atau lebih. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan
sampai menyimpang Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron). Ceres adalah bagian dari
kumpulan asteroid ini yang berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil.
Pada zona planet luar, terdapat
planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km), Uranus
(2,875 × 109 km,) dan Neptunus
(4,504 × 109 km,) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3
dan 1,66 g/cm3. Jarak rata-rata antara planet-planet dengan
matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan
efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya pada planet Neptunus
tidak muncul di baris matematis Titus-Bode sehingga membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
2.3.3 Matahari
Matahari
adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya.Bintang
ini berukuran 332.830 kali dari massa bumi. Massa yang besar ini
menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir
dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik yang termasuk
spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam
bintang kerdil kuning yang berukuran tengahan. Nama ini menyebabkan
kesalahpahaman karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam
galaksi Bima Sakti matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang
diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas
sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih
panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan
terletak pada deret utama dan matahari terletak persis di
tengah deret ini. Akan tetapi bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih
panas dari matahari adalah langka sedangkan bintang-bintang yang lebih redup
dan dingin adalah umum.
Saat ini Matahari tumbuh semakin
cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
11
kecemerlangannya adalah sekitar
70 persen dari kecermelangan sekarang. Matahari secara metalisitas
dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk
lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta
sehingga mengandung banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium
(metal) dibandingkan dengan bintang “populasi II”. Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen
dan helium
terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang
generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua
mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan
metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai
pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet
adalah hasil penggumpalan metal.
Disamping cahaya, matahari
juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang
dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar
keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam sehingga menciptakan
atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya sejauh 100 SA. Kesemuanya
ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan
matahari, seperti semburan matahari (solar
flares) dan pengeluaran
massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan
pada heliosfer sehingga menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari
heliosfer dinamai lembar aliran
heliosfer (heliospheric current sheet), yaitu sebuah spiral
yang terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet.
Medan magnet
bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin
matahari. Venus
dan Mars
yang tidak memiliki medan magnet karena atmosfernya habis terkikis ke luar
angkasa. Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan
terjadinya aurora
yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan
melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya.
Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik
pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet
matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang sehingga
derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi meskipun
tidak diketahui seberapa besar.
12
Medium antarplanet juga
merupakan tempat berada dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis.
Daerah pertama, awan debu zodiak yang terletak di Tata Surya bagian dalam dan
merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam
sabuk
asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah
kedua, membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA dan mungkin disebabkan oleh
tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.
2.3.4 Tata Surya Bagian
Dalam
Tata Surya bagian dalam adalah
nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari Tata Surya bagian dalam
melingkup dekat dengan matahari. Radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari
jarak antara Yupiter dan Saturnus.
2.3.4.1 Planet-Planet
Bagian Dalam
Planet-planet bagian dalam. Dari
kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi,
dan Mars.
Empat planet
bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki
komposisi batuan yang padat dan hampir tidak mempunyai bulan dan sistem cincin.
Komposisi utama planet ini adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti
silikat yang membentuk kerak dan selubung dan logam seperti besi dan nikel yang
membentuk intinya. Venus,
Bumi dan Mars memiliki atmosfer,
kawah meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan
lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius
dan Venus)
disebut juga planet inferior.
2.3.4.1.1 Merkurius
Merkurius
(0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta terkecil (0,055 massa
bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping
kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer
Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesis
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa dan
perkembangan (akresi)
13
penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.
2.3.4.1.2 Venus
Venus (0,7 SA) berukuran
0,815 kali dari massa bumi. Planet ini memiliki selimut kulit silikat yang
tebal dan berinti besi, atmosfer yang tebal dan memiliki aktivitas geologi.
Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali
lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet
terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C yang kemungkinan besar
disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini
aktivitas geologis Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak memiliki
medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer diduga sumber atmosfer Venus
berasal dari gunung berapi.
2.3.4.1.3 Bumi
Bumi adalah planet bagian
dalam yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah satu-satunya yang diketahui
memiliki aktivitas geologi dan memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair
adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya
planet yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit
yaitu bulan
dan satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
2.3.4.1.4 Mars
Mars (1,5 SA) berukuran
lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer
tipis yang kandungan utamanya adalah karbon
dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons
dan lembah retakan seperti Valles marineris
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua
satelit alami kecil yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid
yang terjebak gravitasi Mars.
14
2.3.4.2 Sabuk Asteroid
Asteroid
adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku. Sabuk
asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter
yang berjarak antara 2,3-3,3 SA dari matahari.
Asteroid merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Yupiter. Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan
kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar
diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid
seperti Vesta
dan Hygiea
mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil
jika terbukti telah mencapai kesetimbangan
hidrostatik. Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu hingga jutaan
objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa total dari
sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama
tidaklah rapat karena kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini
tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10-4
m disebut meteorid.
2.3.5 Tata Surya Bagian
Luar
Pada bagian luar dari Tata Surya
terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelit yang berukuran planet. Banyak
komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur yang juga berorbit di daerah
ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil
(contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata
Surya.
2.3.5.1 Planet-Planet
Bagian Luar
Keempat planet luar yang disebut
planet raksasa gas (gas giant) atau planet jovian
secara keseluruhan mencakup 99% massa yang mengorbit matahari. Yupiter dan
Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen
dan helium.
Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom
mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es. Keempat
raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus
yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
2.3.5.1.1 Yupiter
Yupiter
(5,2 SA) merupakan planet yang berukuran 318 kali massa bumi dan 2,5 kali massa
15
dari gabungan seluruh planet lainnya.
Kandungan utama planet ini adalah hidrogen
dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen
pada atmosfernya seperti pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang
diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede,
Callisto,
Io, dan Europa
yang menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan
inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya
berukuran lebih besar dari Merkurius.
2.3.5.1.2 Saturnus
Saturnus
(9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya memiliki beberapa kesamaan dengan
Yupiter yaitu komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume
Yupiter, namun planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter
atau 95 kali massa bumi sehingga membuat planet ini sebuah planet yang paling
tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh
ini dan 3 yang belum dipastikan. Dua di antaranya yaitu Titan
dan Enceladus
yang menunjukan activitas geologis meskipun hanya terdiri dari es saja.
Titan berukuran lebih besar dari Merkurius
dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang
cukup berarti.
2.3.5.1.3 Uranus
Uranus (19,6
SA) yang memiliki 14 kali massa bumi adalah planet yang paling ringan di antara
planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari
matahari dengan berukuran poros 90° pada ekliptika.
Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya
dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang
diketahui dan yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, dan
Miranda.
2.3.5.1.4 Neptunus
Neptunus
(30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus namun memiliki 17 kali massa
bumi sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam
tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit yang
diketahui. Yang terbesar adalah Triton. Triton memiliki geyser nitrogen cair dan
geologinya aktif. Triton
16
adalah satu-satunya satelit
besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga
didampingi beberapa planet minor pada orbitnya yang disebut Trojan Neptunus.
Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
2.3.5.2 Komet
Komet adalah badan Tata
Surya kecil yang biasanya hanya berukuran beberapa kilometer dan terbuat dari es volatil. Badan-badan
ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi. Secara umum, perihelionnya
terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelionnya
lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam dan mendekati matahari
menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi yang menghasilkan
koma, ekor gas, dan debu panjang yang sering dapat dilihat dengan mata
telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek
dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda
panjang seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.
Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers
terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik
mungkin berasal dari luar Tata Surya tetapi menentukan jalur orbitnya secara
pasti sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena
panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
2.3.6 Daerah
trans-Neptunus
Daerah yang terletak jauh
melampaui Neptunus disebut daerah trans-Neptunus yang sebagian besar belum
dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia
kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih
kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal
sebagai daerah luar Tata Surya
meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak
melebihi sabuk asteroid.
2.3.6.1 Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah
cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid tetapi komposisi
17
utamanya adalah es. Sabuk ini
terletak antara 30 dan 50 SA dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Beberapa objek
Kuiper yang terbesar seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan
terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km
tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.
Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di
luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa
dibagi menjadi resonansi dan sabuk klasik. Resonansi adalah orbit yang terkait
pada Neptunus. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi
dengan Neptunus dan terletak sekitar 39,4 SA- 47,7 SA. Anggota dari sabuk
klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos.
2.3.6.2 Piringan
Tersebar
Piringan
tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper
dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet
berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak
menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus.
Kebanyakan objek
piringan tersebar (scattered disc objects atau SDO)
memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA
dari matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika
dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan
tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar
sebagai “Objek Sabuk Kuiper Tersebar”.
2.3.7 Daerah Terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir
dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar
ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah yaitu angin matahari dan
gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh angin matahari kira kira berjarak
empat kali jarak Pluto dan matahari. Heliopause ini disebut sebagai
titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi, Bola Roche Matahari jarak
efektif pengaruh gravitasi matahari diperkirakan mencakup sekitar seribu kali
lebih jauh.
Banyak hal dari Tata Surya kita
yang masih belum diketahui. Medan gravitasi matahari
18
diperkirakan mendominasi gaya gravitasi
bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan
bawah radius Awan Oort, di sisi lain tidak lebih besar dari 50.000 SA sekalipun
Sedna telah ditemukan. Daerah antara Sabuk Kuiper
dan Awan Oort
adalah sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA. Selain itu, juga ada
studi yang mempelajari daerah antara Merkurius
dan Matahari.
Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
2.4 Konteks Galaksi
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti
yaitu sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan
memiliki sekitar 200 milyar bintang. Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral
galaksi yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari
berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi dengan
kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal
sebagai tahun galaksi Tata Surya.
Lokasi Tata Surya di dalam
galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi
adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral
galaksi sehingga bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral
galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat
besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas
yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.
Di daerah pusat, tarikan
gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort
dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan
potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat
galaksi juga mempengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun
demikian, para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova
telah mempengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah matahari dalam bentuk debu
radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.
19
BAB. III MEDIUM ANTAR PLANET
Semburan partikel ini menyebar
keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,menciptakan atmosfer
tipis (heliosfer) yang
merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause).
Kesemuanya ini disebut medium
antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan
matahari, seperti semburan
matahari (solar flares) dan lontaran
massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan
pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.Struktur terbesar dari
heliosfer dinamai lembar aliran
heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang
terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah
atmosfer bumi berinteraksi
dengan angin matahari. Venus
dan Mars yang tidak memiliki
medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.Interaksi antara angin
matahari dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat
dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan
melindungi Tata Surya dari sinar kosmik
yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran
perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang
dan kekuatan medan magnet matahari mengalami
20
perubahan pada skala waktu yang
sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dala Tata Surya sendiri
adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.Medium antarplanet juga
merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi
debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian
dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari
tabrakan dalam sabuk
asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah
kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh
tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper
21
BAB. IV PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Ada beberapa hipotesis yang
menyatakan asal-usul Tata Surya yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli,
yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis Planetisimal, Hipotesis Pasang Surut Bintang,
Hipotesis Kondensasi, dan Hipotesis Bintang Kembar. Sejarah penemuan Tata surya
di awali dengan dilihatnya planet-planet dengan mata telanjang hingga
ditemukannya alat untuk mengamati benda langit lebih jelas yaitu Teleskop dari
Galileo. Perkembangan teleskop diimbangi dengan perkembangan perhitungan
benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lainnya. Dari mulai mengetahui
perkembangan planet-planet hingga puncaknya adalah penemuan UB 313 yang
ternyata juga mempunyai satelit.Tata surya adalah kumpulan benda langit yang
terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat
oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang
sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil atau katai,
173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor,
asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet
bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar
ada Sabuk Kuiper dan Piringan Tersebar.
3.2 Saran
Sebaiknya semua pihak
mempelajari Tata Surya agar dapat mengetahui dari mana sebenarnya Tata Surya
itu berasal sehingga kita tidak dapat mengada-ada atau merekayasanya.
Mengetahui Tata Surya juga sangat penting agar kita dapat mengetahui kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
22
REFERENSI
Amalia, Lily. 2004. Fisika
1 Kelas X. Bandung: PT. Rosdakarya.
Barata, Bima. 2002. Fisika
Untuk SMA. Jakarta: Sagufindo Kinarya.
Saukah, Ali, dkk. 2007. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.
Widyartono, Didin. 2008. Kaidah-Kaidah
Menulis. Malang: Indus Nesus Private.
Wikipedia.2009.Tata
Surya,(Online),(http://wikipediafoundation.org/,diakses 23 November 2009).
Wikipedia.2009.Planet,(Online),(http://wikipedia.org/wiki/Planet,diakses 23 November 2009).
Wikipedia.2009.Bulan,(Online),(http://id.wikipedia.org/Bulan_%28satelit%29,diakses 23 November 2009).
Komentar
High Temperature: 700°F (350°C) Low Temperature: -270° F (-170° C). ... may rain sulfuric acid on Venus, but due to the high temperatures the rain evaporates
www.northern-stars.com
Temperatures on Mercury's surface can reach 800 degrees Fahrenheit (430 degrees Celsius). Because the planet has no atmosphere to retain that heat, nighttime temperatures on the surface can drop to -280 degrees Fahrenheit (-170 degrees Celsius).
http://science.nationalgeographic.com